CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Minggu, 27 Maret 2011

3. Manusia dan Penderitaan

Pengertian Penderitaan

Ngomongin penderitaan berarti kita harus tau arti kata terlebih dahulu. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.

Siksaan

Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasman, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akiabt siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yagn sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, keakitan, kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.

Kekalutan Mental

Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :

  1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
  2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah

Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :

  1. gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita bisa jasmana maupun rokhani
  2. usaha mempertahankan diri dengan cara negative
  3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalam gangguan

Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :

  1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna
  2. terjadinya konflik sosial budaya
  3. cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial

Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negative. Posotf; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebgai usaha agar tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk fustasi antara lain :

  1. agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya
  2. regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan
  3. fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu
  4. proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain
  5. Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya
  6. narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain
  7. autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn dapat menjurus ke sifat yang sinting.

Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :

  1. kota – kota besar
  2. anak-anak muda usia
  3. wanita
  4. orang yang tidak beragama
  5. orang yang terlalu mengejar materi

Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :

  1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
  2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan

Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, mislanya anti kawain atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya sifat anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, dan lain-lain.

sumber: http://www.ujank.web.id/Coretan-Tugas/manusia-dan-penderitaan.html


Contoh Kasus:

Narkoba di Tengah Artis Idola

Aktor kawakan Roy Marten, yang pernah membintangi film ‘Roda-roda Gila’ ini memang tengah apes. Polisi memergokinya ketika pria kelahiran 1 Maret 1952 bernama asli Wicaksono Abdul Salam ini tengah nyabu (istilah beken jika tengah menikmati shabu-shabu). Selain tertangkap telah menikmati narkotika jenis psikotropika itu, polisi juga menemukan barang bukti berupa 2 gram shabu-shabu di lokasi kejadian. Roy Marten ditangkap Kamis (2/2) di daerah Ulujami, Jakarta Selatan. (http://waspada.co.id, 03/02/06)

Kasus selebriti yang pake narkoba emang bukan yang pertama terjadi di negeri kita. Sebelum Roy Marten, sejumlah seleb pemakai narkoba yang ketangkep aparat terus kudu nginep di LP terekam rapi oleh media massa. Ada komedian Sudarmaji alias Doyok, Polo yang udah dua kali masuk bui, Ibrahim Azhari alias Ibra Azhari (adik kandung Ayu Azhari) atau Derri ‘4 sekawan’. Di kalangan seleb cewek ada Zarima sang ‘ratu’ ekstasi dan Ria Irawan yang terbukti menjadi pengedar sekaligus pemakai Dan masih banyak lagi.

Di luar negeri, seleb yang doyan pake narkoba juga bejibun. Mulai dari para personel The Beatles atau Guns N Roses sampe yang tewas lantaran over dosis seperti dialami oleh Brian Jones dari Rolling Stone atau gitarist legendaris, Jimmy Hendrix dan pentolan Nirvana, Curt Cobain. Bahkan putri Ozzy Osborena mengatakan “Saya ingin semua orang tahu bahwa jika kalian pikir wanita-wanita pirang (selebritis) itu bukan pecandu narkoba, percayalah, mereka pecandu. Karena saya pernah memakai narkoba bersama mereka,” aku Kelly blak-blakan seperti detikhot lansir dari Contact Music, Kamis (11/8/2005). Tuh kan!

Kenapa seleb pake narkoba?

Secara mental ternyata nggak sedikit selebriti yang belon siap dengan popularitasnya kemudian pake narkoba sebagai pelariannya. Terutama kesiapannya dalam menghadapi beban-beban psikologi yang menjadi konsekuensi profesinya. Di antaranya:

Pertama, toleransi antar teman. Berdasarkan penuturan selebriti yang udah sembuh dari kecanduan narkoba kebanyakan mengaku dirinya dulu mengonsumsi barang haram itu lantaran bujukan teman. Banyak di antara mereka yang terang-terangan menolak menggunakan bubuk atau pil setan itu, karena sadar benar akan akibatnya. Tetapi mereka yang ‘hard to say no’ dengan bujukan teman, akhirnya terperangkap dalam fatamorgana (Suara Merdeka, 03/08/05).

Kedua, untuk menggenjot kreativitas demi memenuhi permintaan fans. “...ketika baru memakai, kami merasa menjadi sangat hebat karena dalam sehari bisa menciptakan puluhan lagu. Kami merasa sangat luar biasa berkat narkoba. Tanpa kami sadari, hidup kami sedikit demi sedikit dihancurkan oleh barang haram itu,” ungkap Bimbim ‘Slank’. (idem)

Ketiga, kurang pede menghadapi tuntutan fans. “Semula aku pakai biar lebih pede aja ketika nyanyi di atas panggung. Kebayang nggak sih, nyanyi di depan ribuan orang yang mengelu-elukan kita. Kadang tiba-tiba kita merasa menjadi sangat takut dan kecil. Ketika memakai narkoba, aku menjadi lebih santai dan nggak peduli dengan jumlah penonton yang membludak. Penampilanku menjadi lebih baik di atas panggung. Tapi hidupku hancur,” kenang Ari Lasso mantan vokalis Dewa 19. (idem)

Sobat, secara umum sepertinya beban psikologi terberat yang dihadapi setiap selebriti adalah perasaan takut kehilangan ketenaran yang menjadi sumber penghasilannya. Sehingga mereka merasa harus selalu tampil sempurna di hadapan para pemujanya. Kondisi ini yang dikeluhkan Candil ‘Seurius’ dalam penggalan lirik ‘rocker juga manusia’: ‘...Mungkin orang menyangka ku tak pernah terluka/Tegar bagaikan karang, tabu cucurkan air mata/Kadang kurasa lelah harus tampil sempurna...’

Padahal, seleb juga manusia. Punya rasa punya hati alias punya keterbatasan. Nggak ada yang sempurna. Kalo nggak bisa terima keadaan ini, bisa berabe urusannya. Belum lagi ‘secuil’ iman yang masih nempel di hati juga jarang dirawat. Apalagi di-update. Walhasil, mudah termakan oleh mitos narkoba sebagai ramuan mujarab untuk meningkatkan percaya diri dan menghadirkan kemampuan yang tersembunyi. Kenyataannya, cuma fatamorgana. Ngerasa jadi hebat padahal mah lagi sekarat. Kacian deh situ!

Bagian dari gaya hidup seleb

Sobat, sepertinya penderitaan menjadi budak narkoba yang dituturkan Bimbim dan Kaka Slank, atau Ari Lasso gak ngefek ama seleb yang laen. Ada aja yang nekat tetep make. Kita jadi mikir, mungkinkah narkoba sudah menjadi bagian dari gaya hidup dunia selebriti? Hmm... ada baiknya kita liat dulu. Yuk?

Kalo kita amati, ternyata proses terjadinya penggunaan narkoba itu sederhana banget. Asalkan ada peluang alias kesempatan, ada yang nyediain, dan ada duit, narkoba dengan mudah merajalela. Parahnya, tiga faktor ini semuanya akrab dalam kehidupan seleb. Masa’ sih?

Pertama, adanya peluang dan kesempatan. Sudah umum diketahui kalo kehidupan seleb deket dengan kegiatan pesta pora semisal clubbing atau dugem. Padahal tempat itu jadi lahan subur bagi para bandar buat mencari mangsa baru. Dengan penawaran masa promosi dan MLM alias Marketing Lewat Mulut, pengunjung yang penasaran bisa mencobanya secara gratis. Apalagi situasi pesta yang hingar-bingar bin hura-hura bikin orang gampang terlena untuk pake narkoba. Udah deh, kalo nggak kuat iman, bisa-bisa dapet door prize yang bertuliskan: “Selamat anda memenangkan paket “PUTAUW HOLIDAY”. Anda akan terbang dengan “INEX AIRLINES” menembus awan “SABU-SABU” menuju “LONG ISLAND” dan bermalam di “POLDA!” huehehe...

Kedua, ada yang nyediain. Saat ini, jaringan pengedaran narkoba udah ada di mana-mana. Nggak harus ke dikotek atau club malam, kalo udah kejerat, info keberadaan ‘BD’ alias bandar gampang dicari. Bisa janjian di sekolah, stasiun, terminal bis, mal, pasar, atau tempat-tempat umum lainnya. Malah sang bandar bisa sampe ngejar-ngejar pemakai yang insyaf biar tetep jadi pelanggannya.

Seperti penuturan bintang sinetron Novia Ardhana yang telah insyaf dan kini aktif di LSM Granat alias Gerakan Anti Madat. “...mereka pasti akan melakukan segala cara agar kita kembali dan menggunakan narkoba lagi. Saya sempat merasa ketakutan setiap kali teman-teman dulu yang sama-sama menggunakan narkoba mencari ke rumah. Tapi akhirnya mereka jera dan saya benar-benar terbebas dari narkoba,” ujar ibu satu anak itu. (Suara Merdeka, 03/08/05)

Ketiga, ada duit. Banyaknya uang dan materi yang dimiliki selebriti dengan mudah memancingnya mencicipi gaya hidup hedonis. Kehidupan yang memuja kenikmatan jasadi ini sangat akrab dengan narkoba. Lantaran narkoba pada waktu pertama penggunaannya, akan membuat pemakainya sangat euphor, senang dan bahagia sekali. Meski kelanjutannya timbul ketagihan, kecanduan atau adiksi. Tapi apa peduli mereka ketika hawa nafsu dan duit udah bicara, mereka tetep ngotot mengejar kenikmatan sesaat sebelum akhirnya kualat dan sekarat. Waduh!

Nah sobat, keliatan kan kalo gaya hidup seleb yang cenderung bebas dekat sekali dengan narkoba. Meski nggak semua seleb pake narkoba, namun kehidupan sekuler yang mereka geluti bisa menjadi bom waktu yang dengan mudah akan menghanyutkannya dalam dunia maksiat demi merengkuh kenikmatan sesaat yang bikin sekarat. Gaswat!

Yang lebih gawat lagi, media sering kali nggak nyadar kalo keakraban seleb dan narkoba yang mendominasi pemberitaan media sama saja dengan mensosialisasikan citra narkoba dan gaya hidup modern. Padahal selebriti adalah orang yang paling banyak diidolakan. Bagi penggemarnya, idola nggak cukup sebatas sosok yang dikagumi aja. Biar lebih afdol dan trendi, perlu sampe nyontek dandanannya, cara berbicara, sampe gaya hidupnya. Begitukah?

Kalo infomasi yang disajikan kepada pemirsa—terutama remaja—nggak seimbang dengan dampak buruk narkoba dan ketegasan hukuman dari pemerintah terhadap pemakai maupun pengedar narkoba, malah bisa bikin penasaran. Berabe banget kan?

Say no to Capitalism-Secularism

Sobat muda muslim, bahaya narkoba emang udah jadi masalah kita bersama. Nggak cuma bagi kalangan selebritis. Kalo kita cuek, lambat laun kita juga yang bakal ngerasain akibatnya. Nggak cuma si bandar atau pemakainya aja. Kalo kita peduli, selain pahala dari Allah Swt., kita juga bakal dapet bekal tambahan buat mewaspadai dan menghindari jebakan-jebakan yang bisa menjerumuskan kita dan orang-orang yang kita sayangi.

Salah satu cara untuk membatasi penggunaan nakoba adalah memutus mata rantai peredarannya dengan menghancurkan pabriknya terus disegel alias ditutup. Kalo perlu, peralatannya dihancurin biar nggak dicontek atau dipake lagi ama orang laen. Dalam hal ini, negara paling bisa diandelin. Tapi dengan catatan, nggak boleh tanggung-tanggung ngeberantasnya. Jangan kayak yang udah-udah, yang digerebek cuma sampe para pelaku dan bandar kelas teri jengki. Sementara bandar-bandar kelas kakapnya yang dapet perlindungan oknum aparat enak aja lenggak-lenggok menjajakan barang dagangannya.

Nah, biar negara bisa diandelin kita wajib nyadar kalo benih-benih kehancuran masyarakat kita masih mungkin terjadi selama aturan Islam dijauhkan dari kehidupan. Sengsaranya hidup di bawah naungan sekulerisme dengan mudah mendorong orang untuk pake narkoba sebagai pelarian. Keuntungan dari bisnis narkoba yang menggiurkan bikin air liur para peracik, bandar, pengedar, sampe kurir tak mau berhenti menetes. Meski udah sering keluar masuk bui. Euleuh-euleuh teu kapok-kapok nya?

Ya, kalo mau pada kapok harusnya pemerintah jangan tetep ngotot pake aturan sekulerisme-kapitalisme dong. Buang jauh-jauh tuh aturan hidup buatan manusia yang belumuran hawa nafsu itu ke dalam recycle bin alias tempat sampah. Bakar, abunya dikumpulin, terus buang deh ke laut. Sebagai gantinya, pake aturan Islam yang udah pasti mujarab untuk ngatasin setiap persoalan hidup kita.

Khusus untuk kasus narkoba, sistem sanksi dalam Islam mengelompokkannya dalam perbuatan-perbuatan yang membahayakan akal. Sebagai hukumannya, di antaranya, : “Setiap orang yang menjual, membeli, meracik, mengedarkan, atau menyimpan nakotika, maka ia akan dikenakan sanksi jilid (cambuk) dan dipenjara selama 5 tahun, ditambah dengan denda yang nilainya ringan” (Sistem Sanksi dalam Islam, Hlm 294)

Penerapan syariat Islam oleh negara juga akan meminimalisasi dorongan orang untuk pake narkoba sebagai pelarian dari persoalan hidupnya yang tengah dihadapi. Lantaran individu masyarakat nggak sendiri ngadepin setiap masalah hidupnya, negara punya tanggung jawab besar untuk membantunya sampe masalahnya kelar.

Itu sebabnya, masuk akal dong kalo kita sama-sama mengkampanyekan penerapan syariat Islam sebagai undang-undang negara. Biar masalah nakoba maupun masalah laen yang diakibatkan negara salah urus rakyatnya tak lagi membuat hidup kita sengsara. So, nggak cuma say no to drugs, tapi juga say no to capitalism-secularism.



sumber: http://www.dudung.net/artikel-bebas/narkoba-di-tengah-artis-idola.html

Pemecahan Permasalahan:

narkoba memang membuat manusia menderita,tidak hanya menderita secara fisik,secara mental pun para korban-korban pecandu sangat menderita.lebih-lebih sekarang para publik figur,seperti artis yang diidolakan para masyarakat indonesia terjerat kasus ini, baik yang tua maupun yang muda,seakan-akan sudah menjadi kebutuhan pokok.hal semacam ini harus segera ditanggulangi secepatnya mengingat bukan hanya satu atau dua kasus saja dalam setahun,grafif peningkatan pengguna narkoba dikalangan artis meningkat setiap tahunnya.

narkoba memang membuat manusia menderita,tidak hanya menderita secara fisik,secara mental pun para korban-korban pecandu sangat menderita.lebih-lebih sekarang para publik figur,seperti artis yang diidolakan para masyarakat indonesia terjerat kasus ini, baik yang tua maupun yang muda,seakan-akan sudah menjadi kebutuhan pokok.hal semacam ini harus segera ditanggulangi secepatnya mengingat bukan hanya satu atau dua kasus saja dalam setahun,grafif peningkatan pengguna narkoba dikalangan artis meningkat setiap tahunnya.
Mengingat sudah menjamurnya pengaruh Narkoba diberbagai kalangan maka Penanggulangan Narkoba sangatlah penting, guna untuk menjaga generasi penerus bangsa.
Cara terbaik untuk mencegah kecanduan terhadap Narkoba adalah dengan tidak mengkonsumsi kembali obat-obat terlarang, nah perlunya pihak dokter, layanan masyarakat, keluarga memberikan penjelasan secara detail efek dari obat terlarang dalam dosis berlebih terhadap tubuh kita.
Nah apabila Anda perlu mengambil lebih banyak dosis diluar yang telah dianjurkan karena penyakit kambuh kembali, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter Anda.
Orang tua dapat mengambil langkah-langkah berikut dalam membantu Penanggulangan Narkoba khusus bagi anaknya :
•Komunikasi, sering berbicara antar orang tua dan anak, dengan memberikan informasi tentang resiko penggunaan dan penyalahgunaan Narkoba atau obat-obat terlarang.
•Dengarkan, Jadilah pendengar yang baik bagi orang tua bila anak-anak sedang berbicara mengenai tekanan antar sebaya mereka, maka anak akan mendukung dalam penolakan terhadap Narkoba.
•Jadilah Contoh Yang baik, mencontohkan pengaruh buruk terhadap anak, khususnya ketergantungan kepada obat terlarang, akan berdampak sangat buruk bagi perkembangan hidupnya, dan efeknya akan lebih cepat untuk kecanduan Narkoba.
•Jagalah keharmonisan keluarga, memperkuat hubungan dalam keluarga itu sangat diperlukan, karena bila anak dikucilkan dalam keluarga, maka dia akan merasa asing, sendirian dan biasanya obat terlaranglah sebagai penghilang rasa sakit yang diderita oleh si anak.
Tujuan dari program terapi kecanduan obat pada umumnya adalah agar si pasien berhenti menggunakan obat-obat terlarang secepat dan se aman mungkin, cara penanggulangan Detoxification secara bertahap akan mengurangi dosis obat atau zat kimia seperti methadone yang memiliki efek samping yang tidak terlalu parah bagi tubuh. Untuk beberapa orang, mungkin lebih aman bila menjalani proses program Rehabilitasi rawat jalan.
Beberapa bentuk penanggulanan Narkoba tambahan setelah Detoxification :
•Konseling, pasien atau keluarga melakukan konsultasi kepada psikolog, atau psikiater, nah kegiatan ini dapat membantu si pasien terhindar dari kecanduan obat-obatan, kebiasaan atau prilaku terapi yang dijalankan akan membantu si pasien apabila terjadi kambuh atau penarikan kembali terhadap obat-obatan.
•Program Perawatan, program perawatan ini termasuk pendidikan umum dan sesi terapi yang difokuskan pada pembentukan ketenangan dan pencegahan kecanduan kembali.
•Self help groups meeting, seperti pertemuan kelompok khusus untuk ketergantungan obat Narkoba tingkat satu. Dengan sharing secara personal permasalahan yang terjadi dapat meningkatkan harga diri dari si pasien, sehingga dapat mencegah dari kecanduan Narkoba.
Peer Education atau Pendidikan di kalangan anak muda, telah menjadi populer di berbagai Negara sebagai metode pendidikan dan pencegahan narkoba bagi anak muda.
Program ini beroperasi pada prinsip bahwa anak muda yang lebih mungkin untuk bisa menyebarkan informasi serta pendekatan lainnya dikalangan kaum muda lainnya. Pendidik dalam program ini, melatih khusus agar informasi positif bisa menyebar secara luas di lingkungan anak-anak muda.
Manfaat dari program ini secara luas berdampak positif dalam hal pengetahuan, keterampilan, pengembangan diri, sikap dan keyakinan.(Pramudya Sigit Prasetyo)

M

0 komentar: