CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Minggu, 03 April 2011

5. Manusia dan Pandangan Hidup

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Satu diantar keunggulan m anusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain menusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun non fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan sebagainya.
Selain itu manusia sadar pula bahwa kehidupannya itu lain bila dibandingkan dengan kehidupan makhluk lain. Sadar pula bahwa dibalik kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini lebih abadi. Lebih yakin lagi bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan kehidupan yang sesungguhnya.
Disana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan selama hidup didunia. Manusia tahu benar bahwa baik dan buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari sesuatu yang dapat menuntunnya kearah kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.
Akhirnya manusia menemukan apa yang disebut “ sesuatu dan kekuatan diluar dirinya “. Ternyata keduanya adalah “ Agama dan Tuhan “. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia yang memahaminya, sehingga banyak orang yang memeluk suatu agama semata-mata atas dasar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya. Atau yang sering dikenal dengan

A. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu is menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa anti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasaikan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.

Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat digolongkan berdasaikan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :

1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya

2. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut

3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Pandangan hidup juga memiliki Unsur-unsur .unsur-unsur dari pandangan hidup tersebut terdiri dari 4unsur antara lain:

1. Cita – Cita yang diinginkan dapat diraih dengan usaha dan perjuangan,

2. Berbuat baik dalam segala hal dapat membuat seseorang merasa bahagia, damai, dan tentram

3. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi oleh keyakinan, dan

4. Keyakinan dan kepercayaan adalah hal yang terpenting dalam hidup manusia.


B. CITA-CITA
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu bergantung dari tiga faktor.
- Faktor manusia
- Faktor kondisi
- Faktor tingginya cita-cita

C. KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan nonna-norrna agama dan etika.
Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan.
Manusia merupakan mahluk sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Sebagai mahluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku.

· Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal:

· Pertama faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan

· Faktor kedua yang menentukan tingkah laku seseorang adalah lingkungan (environ¬ment).

· Faktor ketiga yang menentukan tingkah laku seseorang adalah pengalaman yang khas yang pemah diperoleh.

Untuk dapat melihat kebajikan kita harus melihat dari 3 segi antara lain :

- Manusia sebagai makhluk pribadi,
- Manusia sebagai anggota masyarakat, dan
- Manusia sebagai makhluk Tuhan.


D. USAHA / PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia hams kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempuma. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia hams kerja keras. Apabila seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia hams rajin belajar dan tekun serta memenuh semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya.
Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian/ketrampilan.

E. KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof. Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
(a) Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan.
(b) Aliran intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir.
(c) Aliran Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib Minya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.

F. LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK.
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memeperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik.

Akan tetapi yang terpenting untuk kita adalah, harus mempunyai langkah-langkah dalam berpandangan hidup ini. Karena, hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan cita-cita denagn baik.

Adapun langkah-langkah tersebut :

A. Mengenal, hal tersebut sudah dipastikan ada sejak manusia itu ada. Dan merupakan suatu kodrat bagi manusia dan tahap pertama dalam melakukan setiap aktivitas hidupnya.

B. Mengerti, tahap kedua ini dimaksudkan mengerti akan pandangan hidup dan memegang peranan penting. Karena dengan mengerti, ada kecerendungan untuk tunduk pada pandangan hidup itu dan cenderung untuk mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup itu sendiri.

C. Menghayati, selanjutnya, dengan menghayati pandangan hidup, kita akan memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran dari pandangan hidup itu sendiri.

D. Meyakini, setelah mengetahui kebenaran dan validitasnya, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan, kita hendaknya harus meyakini pandangan hidup yang telah kita hayati. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan dalam hidup ini.

E.Mengabdi, maksud dari pengabdian dalm pandangan hidup, merupakan hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya sendiri, ataupun lebih-lebih oleh orang lain. Dan dengan cara tersebut, mudah-mudahan kita akan mendapatkan serta merasakan manfaatnya pula.

F. Mengamankan, dari proses mengamankan ini adalah tahap dari langkah terakhir yang tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila kita belum mendalami langkah-langkah yang sebelumnya. Hal ini merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan keteguhan dan kebenaran yang kuat dalam menanggulangi segala sesuatu yang akan datang, demi tetap tegaknya pandangan hidup ini untuk segera mencapai tujuan dan cita-cita yang akan diraih.

Dari semua ini, jika kita lihat dan memperhatikannya dengan benar-benar, maka akan ada kenyataan bahwa masih banyak sebagian orang yang tidak mengetahui serta hanya sedikit yang mengenal akan arti dan maknanya dari Pandangan Hidup itu. Sehingga masih bersifat plin-plan dalam bertingkah laku, dan menyalahgunakan pandangan hidup itu sendiri, bahkan disuatu saat tidak pernah

sumber: http://dc308.4shared.com/download/eCZjmnlm/MANUSIA_DAN_PANDANGAN_HIDUP.doc?tsid=20110330-024427-23b77ac3


Contoh Kasus:

Wimar: Gus Dur Membuat Saya Bangga Jadi Orang Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com — Mengiringi kepergian jenazah mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (69), mantan juru bicara Gus Dur, Wimar Witoelar, mengaku bangga dengan sosok Gus Dur.

"Pandangan-pandangan hidup Gus Dur membuat rasa malu saya sebagai orang Indonesia diganti dengan rasa bangga," ujar Wimar seusai jenazah Gus Dur diberangkatkan dari rumah duka, Warung Sila, Ciganjur, Jakarta, Kamis (31/12/2009).

Wimar yang sangat dekat dengan Gus Dur tampak sangat tenang melepas kepergian mantan Presiden RI itu. "Pandangan hidup beliau membuat pandangan saya jadi lengkap. Pandangan beliau jauh lebih besar daripada politisinya, pejabatnya, birokratnya, pedagangnya Indonesia," ujarnya.

Sayangnya, Wimar tidak dapat mengikuti upacara pemakaman Gus Dur di Jombang. "Enggak, saya enggak kuat," imbuhnya.

Malam nanti akan digelar tahlilan untuk mendoakan jenazah almarhum Gus Dur selepas isya atau sekitar pukul 19.00.

sumber: http://nasional.kompas.com/read/2009/12/31/08042234/Wimar.Gus.Dur.Membuat.Saya.Bangga.Jadi.Orang.Indonesia

Masyarakat Post-sekular

Pluralitas Perlu Pedoman Bersama

YOGYAKARTA, KOMPAS - Dalam masyarakat plural, rumusan pedoman bersama diperlukan untuk menumbuhkan motivasi berperilaku etis. Pedoman etis yang dihasilkan pun perlu didesakkan melalui mekanisme politik agar bisa diterima masyarakat. Kegagalan menyelesaikan masalah antarkelompok bisa menumbuhkan terorisme. Ketua Komunitas Indonesia untuk Demokrasi Ignas Kleden menegaskan, dalam masyarakat plural, perlu dialog antara akal dan iman serta pertukaran pendapat antara agama dan ilmu pengetahuan. Hal ini diungkapkan Ignas saat kuliah umum "Masyarakat Post Sekular: Relasi Akal dan Iman serta Tuntunan Penyesuaian Baru" di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Senin (16/8). Bahan kuliah umum mengacu pandangan Juergen Habermas dan Ratzinger dalam risalah "Dialektik Sekularisasi: Tentang Akal Budi dan Agama". "Agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan dapat jatuh ke dalam patologinya sendiri sehingga harus dibebaskan dari kelemahannya masing-masing melalui dialog," ujar Ignas di hadapan mahasiswa Fakultas Teologi. Melalui dialog, agama dan ilmu pengetahuan bisa saling becermin dan menyadari kelemahan masing-masing termasuk kelemahan yang muncul karena keunggulan masing-masing pihak tidak diawasi dengan kritik berlandasan etis jelas. "Fanatisme terhadap agama tidak lebih baik dari fanatisme terhadap kemampuan akal," ujar Ignas. Munculnya zaman baru yang didorong perkembangan rasionalisme, ujar Ignas, membawa beberapa akibat dalam perkembangan masyarakat. Dalam kebudayaan, misalnya, lahir cara hidup yang ditandai modernitas, sedangkan dalam pandangan hidup dan agama lahir sikap hidup sekular. "Pada pergeseran ke masyarakat post-sekuler, religiositas kembali ke ranah publik. Agama seharusnya membuka pemahaman baru untuk mencerahkan dan menggairahkan," kata Pejabat Ketua Fakultas Teologi EPD Martasudjita Pr. Ilmu pengetahuan mempunyai keterbatasan dalam menghasilkan etos yang dapat membimbing kinerjanya sendiri dan perkembangan umat manusia. Reaksi terhadap keterbatasan rasionalisme ini telah memberi jalan masuk bagi pemikiran dan keyakinan baru dalam pandangan hidup dan agama yang dijuluki sebagai post-sekular. Melalui dialog, interaksi antara nilai komunal dan nilai publik akan bermanfaat ganda. Di satu pihak, isu dan nilai publik mempunyai dasar pijak dalam tradisi masyarakat sehingga negara modern didirikan. Pada lain pihak, konfrontasi dan interaksi nilai-nilai dan pengetahuan komunal dengan nilai-nilai dan isu publik dapat memberi dinamika baru kepada kehidupan dalam suatu komunitas budaya atau komunitas agama. (WKM)

sumber: http://cetak.kompas.com/read/2010/08/19/14231622/pluralitas.perlu.pedoman.bersama

Pemecahan Permasalahan:

Hal yang wajar jika banyak masyarakat indonesia menilai bahwa pandanangan hidup seorang gusdur memang benar-benar merubah pandangan sebuah bangsa,terutama bangsa indonesia. dibutuhkan proses panjang untuk menuju ke arah sana. masalah pada contoh ke dua juga,yaitu tentang masyarakat plural yang menjadi pedoman bersama. intinya masalah ini dapat disimpulkan bahwa sebuah proses panjang harus diteruskan, dengan menciptakan dan mendorong para pemimpin baru dari berbagai kalangan yang semula berbeda satu sama lain. Warga negara “keturunan” yang berasal dari golongan orang-orang Asing Timur, seperti dari kalangan India dan Tionghoa harus diberi peluang untuk maju menjadi pemimpin. Sama seperti halnya dengan mereka yang dianggap sebagai orang-orang Indonesia asli. Hanya dengan cara demikian kita menuntaskan apa yang telah lama dimulai sebagai pembauran masyarakat bangsa kita. Hal ini tidak mudah dilakukan karena kaum minoritas akan menghadapi masalah populasi yang relatif lebih kecil, dalam kehidupan masyarakat. Memang mudah dikatakan, namun sulit dilakukan memang. (Pramudya Sigit Prasetyo)

0 komentar: